GAMBARAN
PERSEPSI SESEORANG TERHADAP SERAGAM
Melihat penampilannya menggunakan seragam coklat, memakai topi dengan
lencana, membawa senjata dan lain-lainnya kita pasti mengenali bahwa dia adalah
seorang polisi, ketika kita berjalan disepanjang jalan atau di tempat-tempat
tertentu tidak jarang kita melihat polisi contohnya bisa kita lihat disepanjang
jalan green garden entah pagi hari, siang hari atau pun malam hari tak jarang
kita melihat polisi. “Menghindar” itulah
jawaban kebanyakan orang ketika melihat polisi, alasannya banyak ada yang
bilang polisi itu serem, galak, ada yang bilang polisi itu kebanyakan “rese-rese”, rese-rese ini dalam arti
bahwa kebanyakan polisi itu suka menilang tanpa arti yang jelas, sekarang
penilaian terhadap polisi sangat buruk banyak masyarakat yang sudah tidak
mempercayai polisi, tapi masih banyak juga masyarakat yang masih mengandalakan
polisi.
Setiap
orang memiliki penilaian yang berbeda-beda tentang polisi, ada yang menganggap
polisi itu baik- baik banyak pula yang menganggap polisi itu jahat, kejam dan
sebagainya. Sering kali kita dengar atau kita lihat dimedia cetak atau pun
media elektronik polisi yang melakukan tindakan “Agresi” (tindakan untuk
menyakiti orang lain baik secara fisik maupun verbal) pada saat penertipan
demokrasi dianggap kejam, arogan dan semacamnya, pandangan ini berbeda pula
pada setiap orangnya, pandangan yang berbeda seperti itu sudah sering kita
dengar sehari-hari, pandangan itu tidak selalu sama setiap orangnya, dalam
Psikologi pandangan biasa disebut dengan “Persepsi”
yang bagaimana menurut Chaplin
(2008) “Persepsi merupakan proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian
dengan bantuan alat indera”. Dengan kata lain kita hanya melihat dalam satu
sisi saja yaitu secara subjektif. Bukan hanya itu saja, terjadinya “Stereotype” (pernah mengalami kejadian
yang tidak menyenangkan terhadap salah satu suku, seseorang cenderung
menganggap semua orang yang bersuku tersebut buruk), “Hearsay” (adanya desas-desus) dan terjadinya “Halo Efek” (pengaruh kesan pertama yang ditimbulkan) dapat mempengaruhi
persepsi seseorang.
Adanya
perbedaan ketika seorang polisi melepas seragam kepolisiannya dengan pakaian
sehari-hari. Biasanya polisi yang bertugas mengatur lalu lintas atau polantas
ketika bertugas akan bersikap cepat, teliti dan tegas, ketika dirumah akan
bersikap sebagai seorang ayah yang bersikap santai, dan tegas selayaknya
seorang ayah bagi anak-anaknya dan seorang suami yang bersikap santai, tegas
dan bertanggung jawab selayaknya suami bagi istrinya, ketika di lingkungan
rumah akan bersikap santai, ramah dan bertanggung jawab selayaknya seorang warga yang baik.
Kita tau bagaimana caranya berbicara dengan orang yang jauh lebih tua ataupun
muda, kita tau bagaimana bersikap ketika di dalam rumah atau di luar rumah, di
dalam sekolah atau di luar sekolah, kita tau bagaimana caranya bersikap kepada
lawan jenis atau sesema jenis, orang yang baru dikenal atau belum dikenal.
Sebagai contoh seperti Norman Kamaru. Norman adalah seorang polisi yang
memiliki kemampuan dibidang tarik suara, Norman menjajal kemampuannya
ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang polisi. Dengan merekam aksinya
dalam tarik suara, masyarakat mulai mengenal sosoknya, apa lagi setelah Norman
mengundurkan diri sebagai polisi dan lebih memilih terjun ke dunia hiburan.
Banyaknya persepsi masyarakat mengenai pilihan yang diambil Norman, mulai dari
yang mendukung sampai yang menyayangkan pilihan yang diambil Norman.
Gambar
1 Gambar
2
Sebagai
seorang polisi Norman dituntut untuk selalu berpakaian sesuai seragam polisi,
lengakap dengan atribut kepolisiannya, berbanding terbalik jika dia menjadi
seorang artis dia hanya memakai pakaian yang sesuai dengan acara yang dihadiri.
Seperti pada gambar 1 terlihat Norman memakai atribut kepolisian dengan lengkap
dia terlihat berwibawa, tegas, tegap, gagah berani, selayaknya seorang polisi
jika dibandingkan dengan gambar 2 Norman lebih terlihat santai, lebih luwes
dalam bergaul, apalagi sekarang setelah Norman keluar dari polisi dan lebih
memilih menjadi seorang artis wajahnya senantiasa mengisi layar televisi, tidak
sedikit yang bilang bahwa Norman itu orangnya sangat santai, asyik berbeda ketika
Norman masih menjadi polisi yang terlihat selalu serius. Kita sering berbicara
sesuatunya hanya dari apa yang kita lihat kita tidak pernah berbicara dengan
apa yang sebenarnya. Dengan begitu kita menjadi tahu bahwa setiap individu
berbeda ketika di dalam rumah, di kantor, di sekolah ataupun di pasar karena pada
dasarnya setiap individu dapat menempatkan diri sesuai dengan jabatan, keadaan,
tempat dan suasana.
DAPUS
:
Chaplin, J.P.2008.Kamus Lengkap Psikologi.Jakarta:Raja Grafindo Persada