Sabtu, 17 Januari 2015

Komunikasi Dalam Manajemen



Komunikasi dalam manajemen

A. Definisi Komunikasi
     
      Pengertian komunikasi diekstrak dari bahasa latin yaitu "communicatio", yang ber-istilah "communis" yang berarti menciptakan kebersamaan antara dua orang atau lebih. Dalam kehidupan kita selain menjadi makhluk individu, kita juga sebagai makhluk sosial yang sangat membutuhkan interaksi dengan orang lain. Nah dari interaksi itulah terjadi sebuah komunikasi untuk menyampaikan sesuatu, saling bertukar pendapat dengan orang lain untuk mencapai sebuah tujuan. Pengertian komunikasi itu sendiri menurut para pakar komunikasi mengacu pada aktivitas hubungan manusia yang biasa terjadi secara langsung maupun tidak langsung dalam kehidupan sehari-hari. Dibawah ini merupakan beberapa pengertian komunikasi menurut para pakar komunikasi diantaranya:

      Menurut Everett M. Rogers, mengemukakan pendapatnya yaitu " Komunikasi adalah suatu proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerimaan atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka "

      Lantas pendapat lain dari Rogers & O. Lawrence Kincaid " Komunikasi merupakan suatu interaksi dimana terdapat dua orang atau lebih yang sedang membangun atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lain yang pada akhirnya akan tiba dimana mereka saling memahami dan mengerti "

      Dan menurut Theodore M. Newcomb,  " Setiap bentuk komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi, yang terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber untuk penerima ".

B. Proses komunikasi




Add caption

Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi, banyak melalui perkembangan. Proses komunikasi dapat terjadi apabila ada interaksi antar manusia dan ada penyampaian pesan untuk mewujudkan motif komunikasi. Komunikasi di suatu organisasi yang dilakukan pimpinan, baik dengan para karyawan maupun dengan khalayak yang ada kaitannya dengan organisasi, dalam rangka pembinaan kerja sama yang serasi untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi (Effendy,1989: 214). Manajemen sering mempunyai masalah tidak efektifnya komunikasi. Padahal komunikasi yang efektif sangat penting bagi para manajer, paling tidak ada dua alasan, pertama, komunikasi adalah proses melalui mana fungsi-fungsi manajemen mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dapat dicapai; kedua, komunikasi adalah kegiatan dimana para manejer mencurahkan sebagian besar proporsi waktu mereka. Proses Komunikasi memungkinkan manejer untuk melaksanakan tugas-tugas mereka. Informasi harus dikomunikasikan kepada stafnya agar mereka mempunyai dasar perencanaan, agar rencana-rencana itu dapat dilaksanakan. Pengorganisasian memerlukan komunikasi dengan bawahan tentang penugasan mereka. Pengarahan mengharuskan manejer untuk berkomunikasi dengan bawahannya agar tujuan kelompo dapat tercapai. Jadi seorang manejer akan dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajemen melalui interaksi dan komunikasi dengan pihak lain. Sebahagian besar waktu seorang manejer dihabiskan untuk kegiatan komunikasi, baik tatap muka atau melalui media seperti Telephone, Hand Phone dengan bawahan, staf, langganan dsb. Manejer melakukakan komunikasi tertulis seperti pembuatan memo, surat dan laporan-laporan.

C. Hambatan komunikasi

      Alice A. Wright dan John J. Lynch,Jr (1995) mengklasifikasikan hambatan komunikasi menjadi empat yaitu:
a) Gangguan
b) Kepentingan
c) Motifasi;suatu komunikasi dapat berlangsung baik jika pesan yang disampaikan dengan motivasi dari penerima
d) Prasangka
      Hambatan-hambatan lain:
a) Hambatan semantis yaitu hambatan karena bahasa, kata-kata/ kalimat-kalimat yang digunakan penafsiran banyak
b) Hambatan teknis adalah hambatan yang disebabkan oleh alat-alat teknik yang digunakan untuk berkomunikasi yang kurang baik
c) Hambatan biologis adalah hambatan yang ditimbulkan oleh kurang baiknya panca indra komunikator / komunikan misalnya gagu / tuli
d) Hambatan psikologis adalah hambatan kejiwaan yang disebabkan perbedaan status dan keadaan misalnya direksi dan pesuruh
e) Hambatan kemampuan adalah hambatan yang disebabkan komunikan kurang mampu menangkap dan menafsirkan pesan komunikasi sehingga dipersepsi serta dilakukan salah

D. Definisi Komunikasi Interpersonal

      Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang mempunyai efek besar dalam hal mempengaruhi orang lain terutama per-individu. Secara umum definisi komunikasi interpersonal adalah sebuah proses penyampaian pikiran-pikiran. informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu (biasanya dalam komunikasi diadik) sehingga orang lain tersebut mengerti apa yang dimaksud oleh penyampaian pikiran-pikiran/ informasi. Komunikasi interpersonal merupakan aktivitas yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan cara untuk menyampaikan dan menerima pikiran-pikiran, informasi, gagasan, perasaan, dan bahkan emosi seseorang sampai pada titik tercapainya pengertian yang sama antara komunikator dan komunikan. Komunikasi inetrpersonal dikatakan efektif, apabila memenuhi tiga persyaratan utama, yaitu:
1. Pengertian yang sama dengan terhadap makna pesan indikator komunikasi dikatakan efektif adalah apabila makna pesan yang dikirim oleh komunikator sama dengan makna pesan yang diterima oleh komunikan.
2. Melaksanakan pesan sukarela. Indikator komunikasi interpersonal yang efektif adalah bahwa komunikasi menindak lanjuti pesan tersebut dengan perbuatan dan dilakukan secara sukarela,tidak karna dipaksa.
3. Meningkatkan kualitas hebungan antar pribadi efektifivitas dalam komunikasi interpersonal akan mendorong terjadinya hubungan yang positif terhadap rekan keluarga dan kolega.

Pelatihan dan Pengembangan

A. Definisi pelatihan

Menurut Mathis (2002), Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi, pelatihan dapat dipandang secara sempit maupun luas. Secara terbatas, pelatihan menyediakan para pegawai dengan pengetahuan yang spesifik dan dapat diketahui serta keterampilan yang digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini. Terkadang ada batasan yang ditarik antara pelatihan dengan pengembangan, dengan pengembangan yang bersifat lebih luas dalam cakupan serta memfokuskan pada individu untuk mencapai kemampuan baru yang berguna baik bagi pekerjaannya saat ini maupun di masa mendatang.

Pelatihan didefinisikan oleh Ivancevich sebagai “usaha untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam pekerjaannya sekarang atau dalam pekerjaan lain yang akan dijabatnya segera”. Selanjutnya, sehubungan dengan definisinya tersebut, Ivancevich (2008) mengemukakan sejumlah butir penting yang diuraikan di bawah ini: Pelatihan (training) adalah “sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku kerja seorang/sekelompok pegawai dalam usaha meningkatkan kinerja organisasi”. Pelatihan terkait dengan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk pekerjaan yang sekarang dilakukan. Pelatihan berorientasi ke masa sekarang dan membantu pegawai untuk menguasai keterampilan dan kemampuan (kompetensi) yang spesifik untuk berhasil dalam pekerjaannya.

B. Tujuan & Sasaran Pelatihan & Pengembangan

Tujuan dari pelatihan dan pengembangan
1. meningkatkan produktivitas :pelatihan dapat meningkatkan prestasi untuk berproduksi
2. meningkatkan mutu : pengetahuan dan keterampilan dapat mengurangi eror kerja
3. meningkatkan ketepatan dalam perencanaan SDM : mendapatakn SDM yang sesuai
4. meningkatkan semangat kerja : iklim menjadi lebih kondusif jika diberi pelatihan
5. menarik dan menahan karyawan yang berkualitas : implikasinya adalah kenaikan karir
6. menjaga kesehatan dan keselamatan kerja
7. menghindari keusangan
8. sebagai personal growth

C. Faktor Psikologi Dalam Pelatihan & Pengembangan

      Secara tradisional, psikologi industri dan organisasi memfokuskan pada pemahaman perilaku individu dan pengalaman dalam pengaturan organisasi. Menerapkan prinsip-prinsip psikologi untuk sumber daya manusia, administrasi, manajemen, penjualan, dan masalah pemasaran. Kegiatan dapat mencakup perencanaan kebijakan, pengujian dan seleksi karyawan, pelatihan dan pengembangan, dan pengembangan organisasi dan analisis. Dapat bekerja dengan manajemen untuk mengatur lingkungan kerja untuk meningkatkan produktivitas pekerja.
      Sisi psikologi organisasi lebih difokuskan pada pemahaman bagaimana organisasi mempengaruhi perilaku individu. Struktur organisasi, norma-norma sosial, gaya manajemen, dan harapan peran merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi bagaimana perilaku orang dalam sebuah organisasi. Dengan memahami faktor-faktor seperti, psikologi industri dan organisasi berharap untuk meningkatkan kinerja individu dan kesehatan, sementara pada saat yang sama menguntungkan organisasi secara keseluruhan.
      Inti dari psikologi industri adalah analisis pekerjaan – suatu proses yang sistematis untuk memahami pengetahuan individu, kemampuan, keterampilan, dan karakteristik pribadi lainnya yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan. Psikologi industri juga mencakup topik-topik seperti pemilihan personil (cara terbaik untuk memilih pelamar untuk pekerjaan), penilaian kinerja (bagaimana mengevaluasi efektivitas individu dalam pekerjaan), dan pelatihan dan pengembangan (bagaimana melatih pekerja untuk melakukan pekerjaan kompeten).

D. Teknik & Metode Pelatihan

Metode pelatihan dibagi menjadi dua yakni:
A. On The Job Training
Meliputi semua upaya pelatihan karyawan ditempat kerja sesungguhnya. Filosofi dasar OJT bahwa karyawan belajar melalui pengamatan terhadap rekan kerja atau manajemennya dalam melakukan pekerjaan dan mencoba untuk meniru perilaku mereka itu. Model dari pelatihan On The Job Training meliputi:
1)   Job Rotation
Metode ini dimaksudkan bahwa dengan berganti jabatan dari satu jabatan atau jenis jabatan satu kejabatan lain akan menambah atau memperkaya pengalaman serta dapat mengenal bermacam-macam variasi problem yang dihadapi. Kelemahan yang ada pada metode ini adalah sering kali peserta pelatihan melakukan jenis pekerjaan yang tidak sesuai dengan jenis pekerjaannya sendiri dan seringkali tidak berhubungan. Jenis pelatihan ini sudah jarang digunakan dan walaupun digunakan hanya terbatas pada bidang-bidang pekerjaan yang sejenis atau berhubungan.
2)   Magang
Program magang dirancang untuk tingkat keahlian yang lebih tinggi, leih cenderung kepada pendidikan. Program ini memadukan pelatihan dan pengalaman pada pekerjaan dengan instruksi yang diperoleh didalam ruang kelas untuk subyek tertentu. Menurut UU ketenaga kerjaan tahun 2003 ayat 11, menjelaskan bahwa magang adalah bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan dilembaga pelatihan dengan bekerja langsung dibawah lembaga dan pengawasan instruktur yang lebih berpengalaman
3)   Intership
Mirip dengan magang namun program ini bersifat sementara. Intership memberikan individu pengalaman pada pekerjaan tertentu
B. Off the job Training
Dilaksanakan ditempat yang terpisah dengan waktu kerja reguler. Terdapat dua bentuk umum off the job training, program in-house yang dikoordinasikan oleh karyawan organisasi dan disponsori oleh asosiasi profesional, institusi pendidikan atau konsultasi pelatihan melalui sumberdaya yang luwes.
Metode dalam off the job training antara lain:
1)   Studi Kepustakaan
Metode pelatihan dengan menggunakan bahan-bahan bacaan yang ada atau laporan-laporan penelitian yang diharapkan dapat menambah pengetahuan peserta latihan. Metode ini adalah metode yang paling tua namun tetap dipakai hingga saat ini walaupun hanya sebagai pendamping.
2)   Diskusi
Dalam metode ini melibatkan semua peserta untuk aktif dalam pembicaraan / pemecahan problem-problem yang didiskusikan. Para peserta dalam diskusi ini diharapkan dapat mengembangkan leadership, kerjasama, dan komunikasi yang efektif.
Diskusi ini kemudian dibagi-bagi lagi menjadi beberapa tipe, yaitu:
·         Metode Pertemuan
Dalam metode pertemuan, karyawan tidak perlu mempertahankan posisi mereka atau menuruti keputusan yang timbul dari diskusi sehingga karyawan dapat menyatakan pendapat yang sebenarnya dan menggali kemungkinan perubahan dan perbaikan. Metode pertemuan ini dibagi lagi dalam tiga jenis, yaitu:
·         Pertemuan Terpimpin : peserta pelatihan mendiskusikan topik-topik penting yang disampaikan oleh pemimpin. Seseorang pemimpin yang cakap dapat membimbing kelompok dengan baik hingga sampai kepada suatu pengertian yang dapat diterima semua pihak.
·         Pertemuan Memecahkan Persoalan : para peserta pelatihan yang berpengalaman diberi persoalan yang sedang dihadapi perusahaan untuk didiskusikan dengan membawa masing-masing latar belakang dan ilmu pengetahuan mereka, dan mengadakan tindakan untuk memecahkan permasalahan.
·         Diskusi Tanpa Pemimpin : diskusi ini dilkukan tanpa pemimpin yang bertujuan untuk memunculkan kekuatan-kekuatan dinamis dari hubungan antar individu, kekecewaan yang ditimbulkan oleh keadaan baru, evolusi pola kepemimpinan informal, tekanan-tekanan, untuk menghilangkannya dan kemudian menggantinya dengan yang baru.
·         Studi Kasus
Para peserta latihan kerja diberi suatu kasus tertulis yaitu suatu ringkasan permasalahan atau situasi yang ada atau telah ada dalam organisasi sebelum pertemuan untuk mempelajari latar belakang informasi yang ada untuk mengambil keputusan. Para karyawan harus mempelajari data sejarah, kesimpulan dari prasaran dan kegiatan dari orang yang terlibat didalamnya, luasnya lingkungan kasus, dan faktor lain yang akan mengarahkan keputusan mereka. Hingga saat pertemuan nanti para anggota kelompok dapat mengutarakan usaha-usaha mereka yang penting menurut mereka.
·         Kelompok-kelompok Buzz
Kelompok-kelompok kecil di dalam suatu kelompok besar yang terdiri dari lima sampai delapan orang yang membahas permasalahan yang sama ataupun berbeda, mengembangkan pendapat kelompok, atau menyiapkan pertanyaan-pertanyaan khusus tentang suatu topik.
·         Kelompok-Kelompok Latihan Kerja yang Berstruktur Vertikal
Pelatihan kerja ini mengikutsertakan seluruh tingkat pekerjaan dalam satu unit organisasi khusus. Namun seringkali mengalami kegagalan karena para bawahan sering merasa enggan menyatakan pendapatnya didepan manajemen yang lebih tinggi dan setiap individu memiliki kepentingan yang berbeda-beda secara mencolok. Biasanya dapat dilakukan setelah individu melaksanakan pelatihan secara berkelompok dengan baik.
3)        Coaching
Metode coaching meliputi pemberian instruksi langsung maupun bimbingan pada para peserta. Biasanya teknik ini menggunakan alat peraga. Dalam coaching peserta lebih banyak pasif atau hanya mendengarkan dan instruktur aktif memberikan materi, contoh-contoh serta evaluasi terhadap problem-problem yang diajarkan. Metode ini bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan secara terus menerus untuk tercapainya keseragaman bertindak dan ketaatan secara umum dan bagi para pekerja untuk pengembangan individu yang akan memberi kesempatan dalam peningkatan karir.
4)        Dinamika Kelompok
Merupakan perkembangan dari teknik simulasi atau role playing. Dalam dinamika kelompok, peserta dilatih untuk lebih peka terhadap dinamika tingkah laku kelompok. Dinamika yang dimaksud antara lain : komunikasi, konflik, penolakan-penolakan, perubahan tingkah laku serta kekuasaan dan kebersamaan. Selanjutnya dengan kepekaan dan penghayatan terhadap behavior yang ada akan sangat membantu dalam memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok.
5)        Role Playing
Setiap peserta diberikan kesempatan untuk memainkan sebuah peran atau lebih dan pada akhir permainan semua peserta diminta untuk menilai peran yang telah dimainkan sehingga dapat diketahui kekurangan maupun kelebihannya. Didalam role playing terdapat simulasi yang berarti suatu teknik dimana peserta diajak seolah-olah menghadapi suatu kenyataan dan harus mengambil keputusan dengan cepat dan tepat dalam waktu yang terbatas.
6)        Multiple Technic
Merupakan pelatihan campuran yang dimaksudkan untuk mengatasi kekurangan yang ada pada teknik lainnya serta mencapai efektifitas latihan yang tinggi. Formulasi teknik latihan ini dapat berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan latihan.
Apapun metode pelatihan yang dipilih, metode tersebut diharapkan memenuhi prinsip – prinsip sebagai berikut:
1.      Memotivasi para peserta pelatihan untuk belajar ketrampilan yang baru.
2.      Memperlihatkan ketrampilan – ketrampilan yang diinginkan untuk dipelajari.
3.      Harus konsisten dengan isi (misal menggunakan pendekatan interaktif untuk mengajarkan ketrampilan interpersonal)
4.      Memungkinkan partisipasi aktif
5.      Memberikan kesempatan berpraktek dan perluasan ketrampilan,
6.      Memberikan feedback mengenai performansi selama pelatihan
7.      Mendorong adanya pemindahan positif dari pelatihan ke pekerjaan
8.      Harus efektif dari segi biaya

     
Daftar pustaka
                                                                                       










Tidak ada komentar:

Posting Komentar