Komunikasi dalam
manajemen
A. Definisi Komunikasi
Pengertian komunikasi diekstrak dari
bahasa latin yaitu "communicatio", yang ber-istilah "communis"
yang berarti menciptakan kebersamaan antara dua orang atau lebih. Dalam
kehidupan kita selain menjadi makhluk individu, kita juga sebagai makhluk
sosial yang sangat membutuhkan interaksi dengan orang lain. Nah dari interaksi
itulah terjadi sebuah komunikasi untuk menyampaikan sesuatu, saling bertukar
pendapat dengan orang lain untuk mencapai sebuah tujuan. Pengertian
komunikasi itu sendiri menurut para pakar komunikasi mengacu pada aktivitas
hubungan manusia yang biasa terjadi secara langsung maupun tidak langsung dalam
kehidupan sehari-hari. Dibawah ini merupakan beberapa pengertian komunikasi
menurut para pakar komunikasi diantaranya:
Menurut Everett
M. Rogers, mengemukakan pendapatnya yaitu "
Komunikasi adalah suatu proses dimana suatu ide dialihkan dari
sumber kepada suatu penerimaan atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah
laku mereka "
Lantas pendapat lain
dari Rogers & O. Lawrence Kincaid " Komunikasi merupakan
suatu interaksi dimana terdapat dua orang atau lebih yang sedang membangun atau
melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lain yang pada akhirnya akan
tiba dimana mereka saling memahami dan mengerti "
Dan menurut Theodore
M. Newcomb, " Setiap bentuk komunikasi dipandang sebagai
suatu transmisi informasi, yang terdiri dari rangsangan yang diskriminatif,
dari sumber untuk penerima ".
B. Proses komunikasi
Add caption |
Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator
menyampaikan pesan
kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan
dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi, banyak melalui perkembangan. Proses
komunikasi dapat terjadi apabila ada interaksi
antar manusia
dan ada penyampaian pesan
untuk mewujudkan motif komunikasi. Komunikasi di suatu organisasi yang dilakukan
pimpinan, baik dengan para karyawan maupun dengan khalayak yang ada kaitannya
dengan organisasi, dalam rangka pembinaan kerja sama yang serasi untuk mencapai
tujuan dan sasaran organisasi (Effendy,1989: 214). Manajemen sering mempunyai
masalah tidak efektifnya komunikasi. Padahal komunikasi yang efektif sangat
penting bagi para manajer, paling tidak ada dua alasan, pertama, komunikasi
adalah proses melalui mana fungsi-fungsi manajemen mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dapat dicapai; kedua, komunikasi
adalah kegiatan dimana para manejer mencurahkan sebagian besar proporsi waktu mereka.
Proses Komunikasi memungkinkan manejer untuk melaksanakan tugas-tugas mereka.
Informasi harus dikomunikasikan kepada stafnya agar mereka mempunyai dasar
perencanaan, agar rencana-rencana itu dapat dilaksanakan. Pengorganisasian
memerlukan komunikasi dengan bawahan tentang penugasan mereka. Pengarahan
mengharuskan manejer untuk berkomunikasi dengan bawahannya agar tujuan kelompo
dapat tercapai. Jadi seorang manejer akan dapat melaksanakan fungsi-fungsi
manajemen melalui interaksi dan komunikasi dengan pihak lain. Sebahagian besar
waktu seorang manejer dihabiskan untuk kegiatan komunikasi, baik tatap muka
atau melalui media seperti Telephone, Hand Phone dengan bawahan, staf,
langganan dsb. Manejer melakukakan komunikasi tertulis seperti pembuatan memo,
surat dan laporan-laporan.
C.
Hambatan komunikasi
Alice A.
Wright dan John J. Lynch,Jr (1995) mengklasifikasikan hambatan komunikasi
menjadi empat yaitu:
a) Gangguan
b) Kepentingan
c) Motifasi;suatu komunikasi dapat berlangsung baik jika pesan yang disampaikan dengan motivasi dari penerima
d) Prasangka
Hambatan-hambatan lain:
a) Hambatan semantis yaitu hambatan karena bahasa, kata-kata/ kalimat-kalimat yang digunakan penafsiran banyak
b) Hambatan teknis adalah hambatan yang disebabkan oleh alat-alat teknik yang digunakan untuk berkomunikasi yang kurang baik
c) Hambatan biologis adalah hambatan yang ditimbulkan oleh kurang baiknya panca indra komunikator / komunikan misalnya gagu / tuli
d) Hambatan psikologis adalah hambatan kejiwaan yang disebabkan perbedaan status dan keadaan misalnya direksi dan pesuruh
e) Hambatan kemampuan adalah hambatan yang disebabkan komunikan kurang mampu menangkap dan menafsirkan pesan komunikasi sehingga dipersepsi serta dilakukan salah
a) Gangguan
b) Kepentingan
c) Motifasi;suatu komunikasi dapat berlangsung baik jika pesan yang disampaikan dengan motivasi dari penerima
d) Prasangka
Hambatan-hambatan lain:
a) Hambatan semantis yaitu hambatan karena bahasa, kata-kata/ kalimat-kalimat yang digunakan penafsiran banyak
b) Hambatan teknis adalah hambatan yang disebabkan oleh alat-alat teknik yang digunakan untuk berkomunikasi yang kurang baik
c) Hambatan biologis adalah hambatan yang ditimbulkan oleh kurang baiknya panca indra komunikator / komunikan misalnya gagu / tuli
d) Hambatan psikologis adalah hambatan kejiwaan yang disebabkan perbedaan status dan keadaan misalnya direksi dan pesuruh
e) Hambatan kemampuan adalah hambatan yang disebabkan komunikan kurang mampu menangkap dan menafsirkan pesan komunikasi sehingga dipersepsi serta dilakukan salah
D. Definisi Komunikasi
Interpersonal
Komunikasi interpersonal merupakan
komunikasi yang mempunyai efek besar dalam hal mempengaruhi orang lain terutama
per-individu. Secara umum definisi komunikasi interpersonal adalah sebuah proses
penyampaian pikiran-pikiran. informasi dari seseorang kepada orang lain melalui
suatu cara tertentu (biasanya dalam komunikasi diadik) sehingga orang lain
tersebut mengerti apa yang dimaksud oleh penyampaian pikiran-pikiran/ informasi.
Komunikasi interpersonal merupakan aktivitas yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari
dan merupakan cara untuk menyampaikan dan menerima pikiran-pikiran, informasi, gagasan,
perasaan, dan bahkan emosi seseorang sampai pada titik tercapainya pengertian
yang sama antara komunikator dan komunikan. Komunikasi inetrpersonal dikatakan
efektif, apabila memenuhi tiga persyaratan utama, yaitu:
1. Pengertian yang sama dengan terhadap makna pesan indikator komunikasi dikatakan efektif adalah apabila makna pesan yang dikirim oleh komunikator sama dengan makna pesan yang diterima oleh komunikan.
1. Pengertian yang sama dengan terhadap makna pesan indikator komunikasi dikatakan efektif adalah apabila makna pesan yang dikirim oleh komunikator sama dengan makna pesan yang diterima oleh komunikan.
2. Melaksanakan pesan
sukarela. Indikator komunikasi interpersonal yang efektif adalah bahwa
komunikasi menindak lanjuti pesan tersebut dengan perbuatan dan dilakukan
secara sukarela,tidak karna dipaksa.
3. Meningkatkan kualitas hebungan antar pribadi efektifivitas dalam komunikasi interpersonal akan mendorong terjadinya hubungan yang positif terhadap rekan keluarga dan kolega.
3. Meningkatkan kualitas hebungan antar pribadi efektifivitas dalam komunikasi interpersonal akan mendorong terjadinya hubungan yang positif terhadap rekan keluarga dan kolega.
Pelatihan dan Pengembangan
A. Definisi pelatihan
Menurut
Mathis (2002), Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai
kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu,
proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi, pelatihan dapat dipandang
secara sempit maupun luas. Secara terbatas, pelatihan menyediakan para pegawai
dengan pengetahuan yang spesifik dan dapat diketahui serta keterampilan yang
digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini. Terkadang
ada batasan yang ditarik antara pelatihan dengan pengembangan, dengan
pengembangan yang bersifat lebih luas dalam cakupan serta memfokuskan pada
individu untuk mencapai kemampuan baru yang berguna baik bagi pekerjaannya saat
ini maupun di masa mendatang.
Pelatihan
didefinisikan oleh Ivancevich sebagai “usaha untuk meningkatkan kinerja pegawai
dalam pekerjaannya sekarang atau dalam pekerjaan lain yang akan dijabatnya
segera”. Selanjutnya, sehubungan dengan definisinya tersebut, Ivancevich (2008)
mengemukakan sejumlah butir penting yang diuraikan di bawah ini: Pelatihan (training)
adalah “sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku kerja
seorang/sekelompok pegawai dalam usaha meningkatkan kinerja organisasi”.
Pelatihan terkait dengan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk
pekerjaan yang sekarang dilakukan. Pelatihan berorientasi ke masa sekarang dan
membantu pegawai untuk menguasai keterampilan dan kemampuan (kompetensi) yang
spesifik untuk berhasil dalam pekerjaannya.
B. Tujuan & Sasaran Pelatihan &
Pengembangan
Tujuan dari pelatihan dan
pengembangan
1. meningkatkan
produktivitas :pelatihan dapat meningkatkan prestasi untuk berproduksi
2. meningkatkan mutu :
pengetahuan dan keterampilan dapat mengurangi eror kerja
3. meningkatkan ketepatan
dalam perencanaan SDM : mendapatakn SDM yang sesuai
4. meningkatkan semangat
kerja : iklim menjadi lebih kondusif jika diberi pelatihan
5. menarik dan menahan
karyawan yang berkualitas : implikasinya adalah kenaikan karir
6. menjaga kesehatan dan
keselamatan kerja
7. menghindari keusangan
8. sebagai personal
growth
C. Faktor Psikologi Dalam Pelatihan
& Pengembangan
Secara
tradisional, psikologi industri dan organisasi memfokuskan pada pemahaman
perilaku individu dan pengalaman dalam pengaturan organisasi. Menerapkan
prinsip-prinsip psikologi untuk sumber daya manusia, administrasi, manajemen,
penjualan, dan masalah pemasaran. Kegiatan dapat mencakup perencanaan
kebijakan, pengujian dan seleksi karyawan, pelatihan dan pengembangan, dan
pengembangan organisasi dan analisis. Dapat bekerja dengan manajemen untuk
mengatur lingkungan kerja untuk meningkatkan produktivitas pekerja.
Sisi
psikologi organisasi lebih difokuskan pada pemahaman bagaimana organisasi
mempengaruhi perilaku individu. Struktur organisasi, norma-norma sosial, gaya
manajemen, dan harapan peran merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
bagaimana perilaku orang dalam sebuah organisasi. Dengan memahami faktor-faktor
seperti, psikologi industri dan organisasi berharap untuk meningkatkan kinerja
individu dan kesehatan, sementara pada saat yang sama menguntungkan organisasi
secara keseluruhan.
Inti dari
psikologi industri adalah analisis pekerjaan – suatu proses yang sistematis
untuk memahami pengetahuan individu, kemampuan, keterampilan, dan karakteristik
pribadi lainnya yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan. Psikologi industri
juga mencakup topik-topik seperti pemilihan personil (cara terbaik untuk
memilih pelamar untuk pekerjaan), penilaian kinerja (bagaimana mengevaluasi
efektivitas individu dalam pekerjaan), dan pelatihan dan pengembangan
(bagaimana melatih pekerja untuk melakukan pekerjaan kompeten).
D. Teknik
& Metode Pelatihan
Metode pelatihan dibagi menjadi dua yakni:
A. On The Job Training
Meliputi semua upaya pelatihan karyawan ditempat kerja
sesungguhnya. Filosofi dasar OJT bahwa karyawan belajar melalui pengamatan
terhadap rekan kerja atau manajemennya dalam melakukan pekerjaan dan mencoba
untuk meniru perilaku mereka itu. Model dari pelatihan On The Job Training
meliputi:
1) Job Rotation
Metode ini dimaksudkan bahwa dengan berganti jabatan dari
satu jabatan atau jenis jabatan satu kejabatan lain akan menambah atau
memperkaya pengalaman serta dapat mengenal bermacam-macam variasi problem yang
dihadapi. Kelemahan yang ada pada metode ini adalah sering kali peserta
pelatihan melakukan jenis pekerjaan yang tidak sesuai dengan jenis pekerjaannya
sendiri dan seringkali tidak berhubungan. Jenis pelatihan ini sudah jarang
digunakan dan walaupun digunakan hanya terbatas pada bidang-bidang pekerjaan
yang sejenis atau berhubungan.
2) Magang
Program magang dirancang untuk tingkat keahlian yang lebih
tinggi, leih cenderung kepada pendidikan. Program ini memadukan pelatihan dan
pengalaman pada pekerjaan dengan instruksi yang diperoleh didalam ruang kelas
untuk subyek tertentu. Menurut UU ketenaga kerjaan tahun 2003 ayat 11,
menjelaskan bahwa magang adalah bagian dari sistem pelatihan kerja yang
diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan dilembaga pelatihan dengan
bekerja langsung dibawah lembaga dan pengawasan instruktur yang lebih berpengalaman
3) Intership
Mirip dengan magang namun program ini bersifat sementara.
Intership memberikan individu pengalaman pada pekerjaan tertentu
B. Off the job Training
Dilaksanakan ditempat yang terpisah dengan waktu kerja
reguler. Terdapat dua bentuk umum off the job training, program in-house
yang dikoordinasikan oleh karyawan organisasi dan disponsori oleh asosiasi
profesional, institusi pendidikan atau konsultasi pelatihan melalui sumberdaya
yang luwes.
Metode dalam off the job training antara lain:
1) Studi Kepustakaan
Metode pelatihan dengan menggunakan bahan-bahan bacaan yang
ada atau laporan-laporan penelitian yang diharapkan dapat menambah pengetahuan
peserta latihan. Metode ini adalah metode yang paling tua namun tetap dipakai
hingga saat ini walaupun hanya sebagai pendamping.
2) Diskusi
Dalam metode ini melibatkan semua peserta untuk aktif dalam
pembicaraan / pemecahan problem-problem yang didiskusikan. Para peserta dalam
diskusi ini diharapkan dapat mengembangkan leadership, kerjasama, dan komunikasi
yang efektif.
Diskusi ini kemudian dibagi-bagi lagi menjadi beberapa tipe,
yaitu:
·
Metode Pertemuan
Dalam metode pertemuan, karyawan tidak perlu mempertahankan
posisi mereka atau menuruti keputusan yang timbul dari diskusi sehingga
karyawan dapat menyatakan pendapat yang sebenarnya dan menggali kemungkinan
perubahan dan perbaikan. Metode pertemuan ini dibagi lagi dalam tiga jenis,
yaitu:
·
Pertemuan Terpimpin : peserta
pelatihan mendiskusikan topik-topik penting yang disampaikan oleh pemimpin.
Seseorang pemimpin yang cakap dapat membimbing kelompok dengan baik hingga
sampai kepada suatu pengertian yang dapat diterima semua pihak.
·
Pertemuan Memecahkan Persoalan :
para peserta pelatihan yang berpengalaman diberi persoalan yang sedang dihadapi
perusahaan untuk didiskusikan dengan membawa masing-masing latar belakang dan
ilmu pengetahuan mereka, dan mengadakan tindakan untuk memecahkan permasalahan.
·
Diskusi Tanpa Pemimpin : diskusi ini
dilkukan tanpa pemimpin yang bertujuan untuk memunculkan kekuatan-kekuatan
dinamis dari hubungan antar individu, kekecewaan yang ditimbulkan oleh keadaan
baru, evolusi pola kepemimpinan informal, tekanan-tekanan, untuk
menghilangkannya dan kemudian menggantinya dengan yang baru.
·
Studi Kasus
Para peserta latihan kerja diberi suatu kasus tertulis yaitu
suatu ringkasan permasalahan atau situasi yang ada atau telah ada dalam
organisasi sebelum pertemuan untuk mempelajari latar belakang informasi yang
ada untuk mengambil keputusan. Para karyawan harus mempelajari data sejarah,
kesimpulan dari prasaran dan kegiatan dari orang yang terlibat didalamnya,
luasnya lingkungan kasus, dan faktor lain yang akan mengarahkan keputusan
mereka. Hingga saat pertemuan nanti para anggota kelompok dapat mengutarakan
usaha-usaha mereka yang penting menurut mereka.
·
Kelompok-kelompok Buzz
Kelompok-kelompok kecil di dalam suatu kelompok besar yang
terdiri dari lima sampai delapan orang yang membahas permasalahan yang sama
ataupun berbeda, mengembangkan pendapat kelompok, atau menyiapkan
pertanyaan-pertanyaan khusus tentang suatu topik.
·
Kelompok-Kelompok Latihan Kerja yang
Berstruktur Vertikal
Pelatihan kerja ini mengikutsertakan seluruh tingkat
pekerjaan dalam satu unit organisasi khusus. Namun seringkali mengalami
kegagalan karena para bawahan sering merasa enggan menyatakan pendapatnya
didepan manajemen yang lebih tinggi dan setiap individu memiliki kepentingan
yang berbeda-beda secara mencolok. Biasanya dapat dilakukan setelah individu
melaksanakan pelatihan secara berkelompok dengan baik.
3) Coaching
Metode coaching meliputi pemberian instruksi langsung maupun
bimbingan pada para peserta. Biasanya teknik ini menggunakan alat peraga. Dalam
coaching peserta lebih banyak pasif atau hanya mendengarkan dan instruktur
aktif memberikan materi, contoh-contoh serta evaluasi terhadap problem-problem
yang diajarkan. Metode ini bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan secara
terus menerus untuk tercapainya keseragaman bertindak dan ketaatan secara umum
dan bagi para pekerja untuk pengembangan individu yang akan memberi kesempatan
dalam peningkatan karir.
4) Dinamika
Kelompok
Merupakan perkembangan dari teknik simulasi atau role
playing. Dalam dinamika kelompok, peserta dilatih untuk lebih peka terhadap
dinamika tingkah laku kelompok. Dinamika yang dimaksud antara lain :
komunikasi, konflik, penolakan-penolakan, perubahan tingkah laku serta
kekuasaan dan kebersamaan. Selanjutnya dengan kepekaan dan penghayatan terhadap
behavior yang ada akan sangat membantu dalam memecahkan masalah yang timbul
dalam kelompok.
5) Role Playing
Setiap peserta diberikan kesempatan untuk memainkan sebuah
peran atau lebih dan pada akhir permainan semua peserta diminta untuk menilai
peran yang telah dimainkan sehingga dapat diketahui kekurangan maupun kelebihannya.
Didalam role playing terdapat simulasi yang berarti suatu teknik dimana peserta
diajak seolah-olah menghadapi suatu kenyataan dan harus mengambil keputusan
dengan cepat dan tepat dalam waktu yang terbatas.
6) Multiple
Technic
Merupakan pelatihan campuran yang dimaksudkan untuk
mengatasi kekurangan yang ada pada teknik lainnya serta mencapai efektifitas
latihan yang tinggi. Formulasi teknik latihan ini dapat berbeda-beda sesuai
dengan kebutuhan latihan.
Apapun metode pelatihan yang dipilih, metode tersebut
diharapkan memenuhi prinsip – prinsip sebagai berikut:
1.
Memotivasi para peserta pelatihan
untuk belajar ketrampilan yang baru.
2.
Memperlihatkan ketrampilan –
ketrampilan yang diinginkan untuk dipelajari.
3.
Harus konsisten dengan isi (misal
menggunakan pendekatan interaktif untuk mengajarkan ketrampilan interpersonal)
4.
Memungkinkan partisipasi aktif
5.
Memberikan kesempatan berpraktek dan
perluasan ketrampilan,
6.
Memberikan feedback mengenai
performansi selama pelatihan
7.
Mendorong adanya pemindahan positif dari
pelatihan ke pekerjaan
8.
Harus efektif dari segi biaya
Daftar pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar