Terapi perilaku [behavior therapy] dan pengubahan perilaku [behavior modification] atau pendekatan behavioristik dalam
psikoterapi, adalah salah satu dari beberapa “revolusi” dalam dunia pengetahuan
psikologi, khususnya psikoterapi. Aliran ini pada mulanya tumbuh subur di
Amerika dengan tokohnya yang terkenal ekstrim, yakni John Broadus Watson, suatu
aliran yang menitikberatkan peranan lingkungan, peranan dunia luar sebagai
faktor penting dimana seseorang dipengaruhi, seseorang belajar.
Terdapat dua pendapat mengenai dunia
terapi perilaku. Sekelompok ahli mengatakan bahwa kedua pada dasarnya sama
saja, namun sekelompok lain mengatakan bahwa terapi perilaku biasanya
berhubungan dengan metode kondisioning yang berlawanan [counterconditioning], sedangkan terapi pengubahan perilaku
menitikberatkan pada prosedur “aktif” [operant
conditioning]. Terapi perilaku sebagai metode yang dipakai untuk mengubah
perilaku atau dalam arti umumnya sebagai salah satu teknik psikoterapi, menurut
Corey terdiri dari 3 tahap:
1. Tahap
pertama adalah tahap kondisioning klasik pada mana perilaku yang baru,
dihasilkan dari individu secara pasif.
2. Tahap
kedua adalah tahap kondisioning aktif, dimana perubahan-perubahan di lingkungan
yang terjadi akibat sesuatu perilaku, bisa berfungsi sebagai penguat ulang.
3. Tahap
ketiga adalah tahap kognitif. Sebagaimana diketahui bahwa munculnya terapi
perilaku dengan cirri-ciri khas yang bertentangan. Menurut Franks yang dikutip
oleh Corey bahwa terapi kognitif behavioristik sekarang berkembang sebagai
bagian dari aliran terapi perilaku. Terapi perilaku yang tidak dibedakan dengan
terapi pengubahan perilaku.
Corey merumuskan karakteristik
pendekatan behavioristik antara lain sebagai berikut:
1. Terapi
perilaku didasarkan pada hasil eksperimen.
2. Terapi
ini memusatkan terhadap masalah yang dirasakan pasien sekarang ini dan terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi.
3. Terapi
ini menitikberatkan perubahan perilaku yang terlihat sebagai kriteria utama
4. Terapi
perilaku merumuskan tujuan terapi dalam terminologi konkret dan objektif, agar
memungkinkan dilakukan intervensi untuk mengulang apa yang pernah dilakukan.
5. Terapi
perilaku pada umumnya bersifat pendidikan.
TEKNIK TERAPI PERILAKU
1. RELAKSASI
Keadaan relaks adalah keadaan pada mana seseorang berada dalam
keadaan tenang, dalam suasana emosi yang tenang, tidak sebaliknya yakni
misalnya tegang atau bergelora. Jacobson membuat teknik relaksasi yang disebut
sebagai teknik atau latihan relaksasi progresif, untuk membawa seseorang sampai
ke keadaan relaks pada otot-ototnya. Johannes Schultz, memperkenalkan teknik
pasif agar seseorang dapat menguasai munculnya emosi yang bergelora yang
dikenal sebagai latihan otogenik.
2. PENGEMBALAN
SISTEMATIK
Wolpe melakukan penelitian dengan mempergunakan kucing sebagai
hewan percobaan. Dengan teknik pemberian rangsangan secara bertahap maka
dipakai istilah “sistematik”. Dimulai dari hal yang masih diterima, tidak
menimbulkan kegoncangan atau perasaan takut, cemas, kemudian rangsangannya
ditingkatkan secara bertahap, sampai kerangsangan yang seandainya diterima
sekaligus, akan menimbulkan reaksi negatif.
3. LATIHAN
ASERTIF
Latihan asertif atau latihan keterampilan sosial adalah salah
satu dari sekian banyak topik yang tergolong populer dalam terapi perilaku.
Perilaku asertif adalah perilaku antar perorangan yang melibatkan aspek
kejujuran dan keterbukaan pikiran dan perasaan. Perilaku asertif ditandai oleh
kesesuaian sosial dan seseorang yang berperilaku asertif mepertimbangkan
perasaan dan kesejahteraan orang lain. Dari uraiaan ini terlihat bahwa perilaku
asertif adalah perilaku yang menunjukan adanya keterampilan untuk bisa
menyesuaikan dalam hubungan interpersonal, dalam lingkungan sosial.
4. PENIRUAN
MELALUI PENOKOHAN [MODELING]
Ada beberapa istilah yang muncul sehubungan dengan prosedur
penokohan ini, ialah: penokohan, peniruan dan belajar melalui pengamatan. Dari
beberapa istilah ini, istilah penokohan merupakan istilah umum untuk
menunjukkan terjadinya proses belajar melalui pengamatan dari orang lain dan
perubahan yang terjadi karenanya melalui peniruan.
a.
Penokohan yang nyata, contohnya terapis
yang dijadiakan model oleh pasien atau klien.
b.
Penokohan yang simbolik adalah tokoh
yang dilihat melalui film, video atau media lain.
c.
Penokohan ganda: seorang anggota dari satu
kelompok mempelajari suatu sikap dan mengubah sikapnya dari apa yang
diamatinya/dipelajarinya dari satu kelompok tersebut.
5. PENGUASAAN
DIRI [SELF-CONTROL]
Melalui pendekatan penguasaan diri, pasien atau klien
dimungkinkan memiliki pegangan untuk menghadapi masalah. Pada kategori pertama,
terapis membantu pasien atau klien mengurangi kemungkinan terjadinya perilaku
yang merugikan diri sendiri. Sedangkan pada kategori kedua, terapis menambah
atau meningkatkan kemungkinan-kemungkinan untuk memperlihatkan respon misalnya
masalah belajar pada pelajar. Salah satu cara ialah dengan memberi hadiah
kepada diri sendiri karena ia berhasil tidak terlibat dalam keinginan yang
berlebihan.
Srategi
umum dalam program penguasaan diri, yakni memperkuat perilaku yang diinginkan
dan memperlemahnya dengan perilaku yang bertentangan yang tidak diinginkan.
DAPUS
:
Singgih
D, Gunarsa.2007.Konseling dan Psikoterapi.Jakarta:PT BPK Gunung Mulia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar